METODE ‘AQLIYAH DAN ILMIAH

Metode aqliyah didefinisikan sebagai suatu metode pengkajian yang ditempuh untuk mengetahui hakikat sesuatu melalui proses pentransferan fakta, dengan perantara indra, ke otak, didukung oleh adanya informasi awal (al ma’lumat al tsabiqah) yang akan memberikan tafsiran dan penilaian (al hukmu) terhadap fakta tersebut. Penilaiannya dinamakan pemikiran atau pemahaman akal (al idrak al aqli). Metode aqliyah biasa digunakan untuk mengkaji objek yang terindra (fisik) seperti kimia dan fisika, untuk mengkaji pemikiran-pemikiran seperti aqidah dan perundang-undangan (al tasyri’), untuk membahas sastra (al adab) dan fiqh. Metode ini adalah metode yang alami, untuk sampai pada pemikiran. Metode aqliyah hakikatnya adalah definisi berpikir itu sendiri. Dengan cara inilah, manusia, dalam kedudukannya sebagai manusia, dapat memahami segala sesuatu yang telah diketahui atau yang ingin ia ketahui.

Hasil yang diperoleh dari metode aqliyah ada dua kemungkinan. Jika kesimpulannya berkaitan dengan ada atau tidak adanya sesuatu, Continue reading

MACAM-MACAM PEMIKIRAN

Pemikiran dibagi menjadi tiga, yaitu:

 1. Pemikiran dangkal (al fikru al sathhy) yaitu melihat sesuatu kemudian menilainya tanpa adanya pemahaman.

2. Pemikiran mendalam (al fikru al ‘amiq) yaitu melihat sesuatu kemudian memahaminya, setelah itu baru menilai.

3. Pemikiran cemerlang (al fikru al mustanir) yaitu melihat sesuatu, lalu memahaminya dan memahami segala hal yang terkait dengannya, kemudian baru menilai.

Contoh berikut ini dapat digunakan untuk menjelaskan tiga macam pemikiran di atas, yaitu ketika manusia melihat pohon kismis yang memiliki daun dan berbuah. Orang akan menemukan bahwa pohon tersebut memiliki buah, daun dan kayu. Ketika melihat daun yang menghiasi pohon itu, orang memberikan penilaian bahwa manfaat daun hanyalah untuk hiasan pohon. Pandangan ini adalah Continue reading

RAGAM ‘ILLAT QIYAS

Pendahuluan

Jumhur ulama memandang bahwa Qiyas merupakan salah satu di antara dalil syar’i (sumber hukum) yang menduduki martabat keempat dari dalil-dalil syar’i setelah Al Qur`an, As Sunnah, dan Ijma’. Qiyas digunakan ketika pada suatu fakta tidak didapati hukum dari nash-nash Al Qur`an, As Sunnah, atau Ijma’. Jika hukum syara’ atas suatu fakta ditetapkan melalui nash dan didasarkan pada suatu illat (motif penetapan hukum), maka hukum syara’ itu dapat diterapkan pada fakta lain –yang tidak ada nashnya– yang memiliki illat yang sama.

Dengan demikian, Qiyas sangat urgen dalam khazanah fiqih Islam, karena Qiyas dapat dijadikan dasar untuk menghukumi fakta-fakta yang tidak ada nashnya dalam Al Qur`an, As Sunnah, dan Ijma’. Dengan kata lain, Qiyas mengatasi problem keterbatasan Continue reading

Adakah Budak di Jaman Sekarang?

Pada dasarnya, di jaman sekarang ini tidak ada budak sebagaimana kriteria yang disebutkan di dalam al-Quran.  Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, akan muncul budak lagi karena sebab-sebab tertentu, misalnya karena peperangan, atau karena sebab-sebab tertentu. Hukum syara’ yang berhubungan dengan budak diturunkan ketika budak sudah ada, dan setiap bangsa memiliki sistem perbudakan masing-masing. Continue reading

Adakah Zakat Profesi ?

Apakah zakat profesi memang disyariatkan dalam agama Islam?

Perlu diketahui bahwa Zakat profesi dikenal dengan istilah zakah rawatib al-muwazhaffin (zakat gaji pegawai) atau zakah kasb al-âl-amal wa al-mihan al-hurrah (zakat hasil pekerjaan dan profesi swasta). (Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh az-Zakah, I/497; Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/865; Ali as-Salus, Mausuâah al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Muâashirah, hal. 522; Al-Yazid Ar-Radhi, Zakah Rawatib Al-Muwazhaffin, hal. 17). Menurut penggagasnya, Zakat profesi didefinisikan sebagai Continue reading

Hukum Tasyabbuh

Definisi

Kata tasyabbuh” (penyerupaan) merupakan bentukan dari kata “tasyabbaha”, yang bermakna al-tamtsiil (menyerupai) [Imam al-Raziy, Mukhtaar al-Shihaah,hal.328]. Menurut istilah, tasyabbuh bermakna menyerupai atau meniru-niru perkataan, perilaku, dan kebiasaan orang-orang kafir.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa kata “tasyabbuh” bisa digunakan dalam konteks kebaikan dan dosa. Dalam kitab ‘Aun a’-Ma’buud diterangkan, bahwa Imam al-Qaariy berkata,”Barangsiapa bertasyabuh dengan orang-orang shaleh, maka ia akan dimuliakan sebagaimana orang-orang shaleh itu dimulyakan. Barangsiapa bertasyabbuh Continue reading

Inilah 10 Jurus Penangkal Kesesatan Syi’ah Level Awam hingga Ulama

Alhamdulillahirabbil ‘alamin atas segala nikmat dan karunia Allah. Dengan segala nikmat-Nya kita senantiasa diberi petunjuk dan kekuatan untuk meniti jalan istiqamah, alhamdulillah. Tanpa karunia dan perlindungan Allah, kita tak ada apa-apanya.

Berikut ini adalah “10 Jurus Penangkal Kesesatan Syi’ah” yang berisi sepuluh logika dasar untuk mematahkan akidah sesat Syi’ah. Logika-logika ini bisa diajukan sebagai bahan diskusi ke kalangan Syi’ah dari level awam, sampai level ulama. Setidaknya, logika ini bisa dipakai sebagai “anti virus” untuk menangkal propaganda dai-dai Syi’ah yang ingin menyesatkan umat Islam dari jalan yang lurus.

Kalau Anda berbicara dengan orang Syi’ah, atau ingin mengajak orang Syi’ah bertaubat dari kesesatan, Continue reading

Menampilkan Emoticon Di Posting Dan Komentar WordPress.com

Smile icon di WordPress sekarang tampil baru, lebih terlihat lembut dan lebih fresh. Grafis emotion ini juga dapat kita lampirkan pada saat kita meninggalkan komentar di kotak komentar blog kita atau blog orang lain. Untuk dapat menampilkan emotion yang disediakan oleh WordPress, anda harus Continue reading

Memahami Bala’, Musibah, dan ‘Adzab

Definisi

Bala’. Secara literal, al-bala’ bermakna al-ikhtibar (ujian). Istilah bala’ sendiri digunakan untuk menggambarkan ujian yang baik maupun yang buruk. [Imam al-Raziy, Mukhtaar al-Shihaah, hal. 65].  Dalam kitab al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran dinyatakan, bahwa bala’ itu memiliki tiga bentuk; ni’mat (kenikmatan), ikhtibaar (cobaan atau ujian), dan makruuh (sesuatu yang dibenci).[Syihaab al-Diin Ahmad, al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran, juz 1/85]    Di dalam al-Quran, kata bala’ disebutkan di enam tempat, dengan makna yang berbeda-beda; [2:49; 7:141; 8:17; 14:6; 37:106; 44:33]. Ada yang bermakna cobaan dan ujian yang dibenci manusia. Ada pula yang berarti kemenangan atau kenikmatan (bala’ hasanan). Bala’ dalam konteks Continue reading